Learning | 28 Juli 2023
Oleh : Rizqi Akbar
Sekarang berinvestasi saham makin terjangkau berkat kehadiran investasi saham secara online. Terdapat saham syariah dan konvensional yang bisa jadi instrumen pilihan. Agar tak salah pilih, memahami perbedaan saham syariah dan konvensional tentu jadi pengetahuan penting.
Apa saja yang membedakan kedua jenis saham tersebut? Simak penjelasan berikut.
Baca Juga: Transfer Uang Ke Luar Negeri Kian Mudah Dengan Flip Globe
Sumber : Envato
Saham syariah dan konvensional sama-sama jenis surat berharga yang menandai kepemilikan atas sebuah perusahaan. Namun, terdapat beberapa hal yang menjadi perbedaan saham syariah dan konvensional, yaitu:
Hal pertama yang tampak jelas adalah jenis bisnis emiten harus sejalan dengan prinsip syariah. Perusahaan yang mengelola bisnis berseberangan dengan syariat tentu tidak bisa menerbitkan saham syariah.
Contoh bisnis yang tidak sejalan dengan prinsip syariah antara lain:
Untuk perusahaan yang tidak berdasarkan prinsip syariah, saham yang diterbitkan dikelompokkan dalam saham konvensional. Semua perusahaan dalam berbagai sektor industri bisa menjual saham konvensional tanpa dibatasi halal maupun haram.
Telusuri juga bagaimana keadaan aset perusahaan yang menerbitkan saham. Perusahaan dengan saham syariah harus mempunyai aset lebih besar dibandingkan utang berbasis bunga. Rasio utang berbasis bunga maksimal 45% dari total aset perusahaan.
Selain itu, terdapat aturan batas maksimal pendapatan non halal bagi perusahaan yang menawarkan saham syariah, yaitu di bawah 10% pendapatan total perusahaan. Tentu saja ketentuan demikian tidak berlaku pada perusahaan dengan saham konvensional.
Perbedaan saham syariah dan konvensional paling mencolok ada pada proses transaksinya. Transaksi jual beli saham konvensional bisa dilakukan langsung melalui broker. Namun, pada saham syariah, praktik ini tidak diperbolehkan guna menghindari terjadinya manipulasi harga.
Saham syariah pun tidak menerapkan sistem bunga karena dianggap mengandung riba. Itu sebabnya, saat bertransaksi saham syariah kamu tidak akan melakukan transaksi semacam margin trading atau short selling.
Kegiatan usaha yang dilakukan melalui saham syariah berorientasi pada keuntungan dunia sekaligus akhirat. Ini menjelaskan mengapa pendapatan non halal dari bunga atau sumber lainnya pada emiten saham syariah tidak boleh melebihi 10% dari total pendapatan perusahaan.
Saham konvensional tentu saja tidak mempermasalahkan hal tersebut. Pendapatan non halal boleh lebih besar dibandingkan pendapatan hasil usaha tanpa pembatasan atau rasio tertentu.
Relasi nasabah dan emiten saham syariah adalah kemitraan yang berada di bawah pengawasan Dewan Pengawas Syariah. Sementara itu, pemegang saham konvensional dan emiten saham membangun hubungan kreditur-debitur tanpa dibarengi pengawasan pihak lain.
Sumber : Envato
Disesuaikan di sini berarti jumlah pembayaran dividen kepada pemegang saham dapat bervariasi dan tidak selalu sama dari waktu ke waktu. Pasalnya, suku bunga acuan dan kurs berpengaruh besar pada jumlah dividen saham preferen.
Sekalipun perusahaan mengklaim saham yang ditawarkan adalah saham syariah, kamu tetap bisa melakukan pengecekan ulang melalui Sistem Online Trading Syariah atau SOTS. Secara otomatis sistem akan menyeleksi mana saja saham-saham syariah yang diperjualbelikan.
Lebih lanjut, kamu juga bisa mengecek saham syariah yang sudah masuk DES atau Daftar Efek Saham. DES dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Secara berkala DES dipublikasikan dua kali per tahun melalui laman resmi OJK.
Jangan lupa periksa reputasi dan apa bisnis yang dijalankan perusahaan. Ini penting untuk memastikan saham tersebut benar terdaftar dan bebas dari praktik yang berseberangan dengan prinsip syariah.
Beberapa poin yang harus kamu perhatikan antara lain:
Pada dasarnya, keuntungan saham syariah hampir sama dengan saham konvensional. Investor dapat mengantongi keuntungan halal dalam bentuk capital gain yang bersumber dari selisih harga jual dan beli, serta dividen alias bagi hasil keuntungan perusahaan.
Nah, kamu bisa memilih saham-saham likuid yang masuk kelompok indeks LQ45. Boleh juga melirik saham syariah blue chip yang dikenal berisiko minim terhadap penurunan harga. Jadi, kamu tetap bisa berinvestasi saham dengan aman tanpa harus khawatir bertentangan dengan prinsip syariah Islam.
Baca Juga: Aplikasi Investasi Saham, Trik Jitu Optimalkan Portofolio
Demikian perbedaan saham syariah dan konvensional yang dapat kamu jadikan bahan pertimbangan sebelum berinvestasi. Setelah menentukan mana jenis investasi yang cocok dengan kondisi keuangan maupun profil risiko, langsung saja download Flip di sini.
Dengan Flip, transfer uang antarbank, transfer luar negeri, top up e-wallet, bayar tagihan, dan investasi makin mudah dan lebih hemat biaya. Coba sendiri dan nikmati kemudahan Flip sekarang, yuk!
Bagikan