Learning | 30 Agustus 2022
Oleh : Aditya R
Impor adalah salah satu jenis kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan perdagangan internasional. Kegiatan impor selalu berhubungan dengan ekspor. Ini karena keduanya adalah elemen penting neraca perdagangan suatu negara. Jika tingkat impor yang rendah disertai ekspor yang tinggi, berarti neraca perdagangan negara sedang positif (surplus). Sebaliknya, ketika impor tinggi dan ekspor rendah, maka bisa dikatakan keadaan neraca sedang negatif (defisit).
Sepanjang tahun 2020 lalu, BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat bahwa nilai impor Indonesia ada di angka US$141,57 miliar. Ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya yang ada di angka US$171,38 miliar. Sebelum bicara lebih jauh lagi, yuk bahas dulu tentang pengertian impor dan alasan mengapa suatu negara harus melakukan impor. Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Baca juga: Mengenal Istilah Penting dalam Ekspor Impor
Sumber: Freepik
Secara sederhana, arti impor adalah kegiatan membeli suatu komoditas yang dihasilkan oleh negara lain. Kegiatan impor juga meliputi pengiriman dari negara tempat komoditas diproduksi hingga tiba ke negara yang membelinya. Impor tidak hanya terbatas pada barang, tapi juga jasa seperti pekerja migran dan layanan asuransi. Impor bisa dilakukan siapa saja, baik itu oleh usaha berskala kecil seperti UMK, maupun oleh perusahaan besar. Namun, untuk kegiatan impor skala besar, harus melibatkan langsung pihak bea cukai, baik dari negara penjual maupun penerima.
Impor sendiri ada bermacam-macam jenisnya. Jika dibedakan menurut metode pengirimannya, ada dua jenis impor yang sering diterapkan, yaitu:
Full container load atau FCL merupakan proses pengiriman barang impor melalui kontainer atau peti kemas. Dinamakan full container load karena dalam satu muatan kontainer terdapat satu jenis barang yang diproduksi oleh satu perusahaan. Seluruh barang yang dimuat terdaftar pada satu Bill of Lading (surat perjanjian pengangkutan) yang sama.
Perlu diingat, meski disebut “full container”, metode ini tidak melihat seberapa banyak isi kontainer, melainkan keseluruhan kontainer. Jadi, berapa pun muatannya, penuh atau tidak, barang akan tetap diimpor.
Saat menggunakan FCL, barang biasanya dimuat ke dalam kontainer dan disegel di gudang sebelum diangkut ke pelabuhan atau terminal. Cara ini umumnya dianggap lebih aman (karena barang tetap tersegel sampai tiba di tujuan) dan lebih cepat.
Alternatif lainnya adalah less container load atau LCL. Sama seperti FCL, pengiriman LCL pun dilakukan melalui kontainer. Hanya saja, pada metode ini, satu kontainer bisa memuat beberapa jenis produk sekaligus. Artinya, dalam satu kontainer, terdapat beberapa Bill of Lading sekaligus karena perusahaan yang melakukan impor berbeda-beda, tapi masih berada di satu negara.
Keunggulan LCL terletak pada biaya. Metode ini lebih hemat dibanding FCL karena pihak importir tidak perlu membayar keseluruhan kontainer, cukup barang yang diimpor saja. Metode ini cocok untuk mengirim barang impor yang tidak terlalu besar atau tidak terlalu banyak jumlahnya. Nantinya, barang akan dikumpulkan dengan barang lain yang tujuannya sama.
Sumber: Freepik
Dari pembahasan di atas, bisa diketahui bahwa impor adalah kegiatan ekonomi yang bisa membuat neraca perdagangan menjadi defisit. Lalu, mengapa harus melakukan impor? Pada dasarnya, tiap negara memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ini menyebabkan satu negara bisa memproduksi barang tertentu, sementara negara lain tidak. Padahal, bisa jadi negara yang tidak memproduksi, membutuhkan barang tersebut.
Misalnya, Indonesia mengimpor gandum, bahan baku tepung terigu, karena gandum sulit tumbuh di negara tropis. Alasan lainnya adalah karena negara pengimpor sanggup memproduksi barang.
Namun, setelah dihitung kembali, biaya produksinya akan jauh lebih mahal dibanding impor. Terkadang, impor juga dilakukan karena negara tidak bisa memenuhi permintaan barang di dalam negeri.
Seperti yang sudah disebutkan, impor adalah bagian dari perdagangan internasional. Itu berarti, alat pembayaran yang digunakan pun berbeda dari transaksi jual-beli biasa di dalam negeri. Biasanya, importir akan menukarkan sejumlah uang Rupiah agar bisa membeli barang-barang impor. Uang tersebut ditukar dengan valuta asing sesuai permintaan penjual. Namun, cara tersebut bisa sangat memakan waktu dan kurang efisien.
Nah, untuk kamu yang bergerak di bidang impor, kini bertransaksi dengan penjual mancanegara jadi lebih mudah menggunakan Flip Globe. Dengan Flip Globe, kamu bisa mengirim uang ke lebih dari 40 negara dengan biaya rendah. Prosesnya pun cepat dan tersedia laporan real-time sehingga mudah dipantau!
Baca juga: Tertarik Bisnis Ekspor Impor? Yuk, Pahami Apa Itu Jasa Custom Clearance
Jika disimpulkan, impor adalah kegiatan membeli suatu komoditas yang dihasilkan oleh produsen luar negeri. Oleh karenanya, transaksi pembayarannya pun harus menggunakan valuta asing.
Untuk memudahkan transaksimu, yuk gunakan Flip Globe yang dapat mengirim uang ke lebih dari 40 negara! Download aplikasi Flip sekarang, tersedia gratis di Google Play dan App Store!
Bagikan