Flip Globe | 30 Juni 2023
Oleh : Ruth Tambunan
Budaya kerja China merupakan salah satu budaya kerja yang cukup banyak memengaruhi budaya kerja di berbagai tempat bahkan negara lainnya. Etos kerja yang tinggi sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi pula jadi salah satu andalan budaya kerja China.
Baca juga: Termasuk Negara Maju, Yuk Pelajari Budaya China dan Terapkan Kebiasaannya!
Sumber : Envato
Sistem kerja 996 merupakan budaya kerja populer di China yang sebetulnya banyak menimbulkan perdebatan. Istilah 996 merujuk pada jam kerja mulai dari pukul 9 pagi sampai 9 malam selama 6 hari dalam satu minggu tanpa adanya kompensasi lembur.
Biasanya perusahaan yang menerapkan sistem kerja China 996 adalah bisnis di sektor teknologi, mulai dari perdagangan elektronik sampai layanan online. Kultur ini pun banyak diadaptasi oleh berbagai perusahaan untuk memperoleh profit semaksimal mungkin, bahkan oleh produsen raksasa sekalipun.
Jam kerja selama 72 jam dalam satu minggu ini pun menimbulkan berbagai dampak kurang baik terutama bagi sisi pekerja. Kendati kebijakan tersebut diterapkan untuk memenuhi permintaan pasar yang sangat besar, banyak pekerja yang harus merelakan kesehatan dan keseimbangan hidupnya.
Berita baiknya, budaya kerja China ini telah dilarang oleh pemerintah setempat. Pengadilan Tinggi China menetapkan bahwa sistem kerja 996 merupakan tindakan ilegal karena melanggar UU Ketenagakerjaan. Berdasarkan perundangan yang berlaku, batas jam kerja adalah 8 jam per hari atau maksimal 44 jam per minggu.
Hal ini pun menjadi salah satu perbedaan budaya kerja China dan Indonesia. Di Indonesia sendiri, sesuai peraturan perundangan yang berlaku, jumlah jam kerja maksimal dalam satu minggu adalah 40 jam.
Sumber : Envato
Terlepas dari fenomena sistem kerja China 996 yang menimbulkan banyak perdebatan, masih ada berbagai model dan nilai-nilai kerja China yang banyak menginspirasi. Etos kerja China yang disiplin menjadi inspirasi bagi banyak tempat lain untuk turut menerapkan nilai-nilai berikut ini.
Makin banyak produk-produk menarik yang kerap memanjakan mata dengan desain yang apik dan estetik. Namun jika ditelaah dari sudut pandang fungsional, tidak terlalu banyak yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya.
Dalam berbisnis maupun kehidupan personal sekalipun, pertimbangan utama bagi kebanyakan orang China adalah fungsionalisme atau nilai guna yang terkandung dalam sebuah produk. Mereka cenderung menitikberatkan pembelian suatu barang terhadap fitur dan kegunaan, melihat apakah sesuai dengan yang mereka butuhkan.
Karena itu, saat kamu memulai bisnis dan akan membeli barang untuk aset khususnya, pastikan kamu melihat dari fungsionalnya, ya. Hindari membeli barang-barang yang hanya akan menjadi pengeluaran sia-sia.
Tujuan dari setiap bisnis adalah menghasilkan profit, terlepas dari berapa pun target yang kamu tetapkan. Maka dari itu, jelilah dalam melihat peluang untuk memperoleh profit sebanyak-banyaknya.
Seperti contoh, kamu tidak harus langsung berambisi untuk memperoleh keuntungan besar dalam menjual sebuah produk. Pasalnya, sebuah produk dengan margin yang terlalu besar biasanya lebih sulit.
Sebaliknya, kamu bisa fokus dengan mengambil margin profit yang tidak terlalu besar (secukupnya), tetapi dapat menghasilkan pembelian berulang secara terus menerus. Dengan mindset pasar yang juga sangat menyukai harga murah, cara ini pun dinilai lebih efektif untuk menghasilkan profit maksimal.
Budaya kerja China ini sudah jadi rahasia umum. Pekerja China tidak melakukan pekerjaan dengan setengah-setengah dan sangat disiplin dalam menjalankan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Mereka pun enggan untuk berputus asa alias ulet. Jika terdapat kendala besar sekalipun, mereka tidak akan mudah menyerah pada keadaan. Sebaliknya, mereka akan gigih mencari pintu-pintu keluar lainnya untuk menuju kesuksesan yang sudah mereka tetapkan untuk diraih.
Mencapai target dan profit bukan berarti melenakan mereka. Sebaliknya, mereka justru akan semakin gigih untuk membuat target lebih tinggi dan mencapai target baru tersebut sehingga tak ada waktu untuk bermalas-malasan.
Pendapatan yang diperoleh pun tidak lantas dibelanjakan untuk bermewah-mewahan. Pendapatan yang diperoleh akan kembali diputar untuk memperbesar dan mengembangkan bisnis. Pun mereka cenderung jarang menggunakan uang tabungan untuk keperluan sehari-hari, apalagi untuk hal-hal yang tidak memberi nilai guna signifikan.
Satu lagi nilai penting yang perlu dipelajari dari budaya China dalan bekerja dan berbisnis adalah kehati-hatian dalam berutang. Mereka tak segan untuk mengajukan pinjaman, tetapi setelah melalui pertimbangan dan kalkulasi yang panjang.
Pasalnya, utang merupakan salah satu tanggung jawab yang cukup berat dan memiliki dampak panjang di masa mendatang. Maka dari itu, mereka benar-benar selektif dan penuh perhitungan saat akan meminjam dana.
Selain untuk situasi yang betul-betul membutuhkan dan memiliki tingkat urgensi, mereka juga mengukur kemampuan usaha untuk meminimalkan pailit atau hal-hal buruk lainnya di kemudian hari.
Itulah budaya kerja China serta etos kerjanya yang dapat kamu contoh dalam bekerja maupun berbisnis. Tak cuma untuk keperluan profesional, jika ditelaah lebih dalam, nila-nilai tersebut juga sangat relevan untuk kamu terapkan dalam mengelola diri dan keuangan personal.
Baca juga: Barang Impor Indonesia dari China yang Paling Laris
Nah, salah satu cara untuk membantumu mengelola keuangan dengan lebih baik adalah menggunakan Flip untuk berbagai keperluan transaksi, termasuk saat bertransaksi ke luar negeri.
Lewat layanan Flip Globe, kamu bisa kirim uang ke China dan berbagai negara lainnya dengan cepat, mudah, aman, dan murah. Di samping kurs terbaik, biaya transaksi internasional Flip Globe juga sangat terjangkau, kok!
Bagikan