Bisnis | 23 Juli 2021
Oleh : Anonim
Dengan mudahnya akses informasi, berkuliah di Jepang belakangan sangat diminati. Apa lagi semakin banyak orang Indonesia yang mengenal Jepang sebagai negara maju dengan teknologi mutakir, budaya yang keren dan alamnya yang luarbiasa cantik. Yang pasti, kuliah di negara ini punya banyak perbedaan dengan Indonesia.
Baca juga: Ingin ke Luar Negeri? Pahami Dulu Jenis-jenis dan Cara Membuat Visa
Daftar Isi
Sistem pendidikan di negara sakura ini menganut empat skala. Mirip dengan rata-rata penilaian di banyak universitas di luar negri, antara lain:
Untuk mendapatkan gelar sarjana, mahasiswa bisa menempuh studi empat tahun, terkecuali untuk program medis misalnya kedokteran hewan, gigi, hingga farmasi. Untuk bidang medis, lamanya pendidikan bisa ditempuh selama enam tahun.
Uniknya kalau berkuliah di Jepang adalah fleksibilitas yang ditawarkan pada mahasiswa internasional. Mereka bisa memilih semester akademik yang dirasa pas. Untuk mendapatkan gelar ini, mahasiswa harus mendapatkan setidaknya 124 kredit (kursus).
Untuk gelar magister, negara ini menggabungkan kuliah, proyek, penelitian hingga penulisan disertasi. Untuk bisa berkuliah di program ini, mahasiswa wajib punya gelar sarjana. Sementara itu, durasi gelar magister adalah dua tahun saja dan mahasiswa wajib telah menyelesaikan setidaknya 30 kredit (kursus).
Gelar doktor merupakan pencapaian tertinggi di bidang akademik dengan program PhD. Mahasiswa yang ingin mendapatkan gelar ini harus melalui pendidikan S1 dan S2 dahulu. Meski demikian, ada beberapa universitas di Jepang yang menawarkan gelar doktor begitu mahasiswa lulus sarjana. Artinya, mahasiswa harus berkuliah selama 5 tahun untuk mendapatkan gelar ini.
Note: satu hal lagi yang perlu Kamu ingat, Kamu wajib lulus tes kemahiran bahasa Jepang untuk non-native speaker. Biasanya disebut dengan Ujian Masuk Universitas Jepang (EJU) dan The Japanese-Language Proficiency Test (JLPT).
Dalam sejumlah seminar penelitian, di Jepang diharamkan memotret slide presentasi atau merekamnya. Biasanya ini akan diberikan peringatan di depan ruangan seminar kalau peserta tidak boleh memotret isi menelitian. Alasanya adalah karena data yang dipresentasikan masih bersifat rahasia dan belum dipublikasikan secara resmi.
Sesekali, dosen di Jepang mungkin akan mengajak mahasiswanya untuk makan bersama. Tapi Kamu tidak boleh Ge-Er dulu. Soalnya di sana budayanya tidak seperti di Indonesia. Mahasiswa tetap harus bayar sendiri-sendiri. Berbeda dengan budaya di Indonesia dimana dosennya memiliki beban sosial untuk mentraktir mahasiswanya.
Yang menarik dengan aktiftas pendidikan di kampus Jepang adalah cara mereka berkomunikasi. Para dosen Indonesia mungkin lebih sering mendapatkan Whatsapp dari mahasiswanya, “Bapak kira-kira ada di kampus jam berapa ya? Saya mohon bimbingannya.”.
Nah, di Jepang tidak seperti itu. Semua nomor telepon dosen adalah rahasia. Mereka hanya mau berkomunikasi lewat email resmi di kampus. Malah, di Jepang yang diuber-uber untuk konsultasi adalah mahasiswanya. Bahkan banyak mahasiwa yang merasa harus bergerak cepat mengikuti ritme dosen pembimbingnya supaya bisa menyelesaikan tugas dengan baik.
Kalau di Indonesia, memang sebaliknya, dosen kebanyakan lebih sibuk karena mereka memiliki beban adminsitrasi dan penelitian. Di Jepang, para dosen hanya mau mengajar yang sesuai dengan ilmu yang mereka dalami yang mana ini masih sedikit terjadi di Indonesia mengingat sumber daya yang terbatas.
Hal terpenting saat berkuliah di Jepang adalah biaya hidupnya. Meskipun Jepang tergolong sebagai negara paling aman di dunia, biaya hidup di sana terbilang tinggi. Meski demikian, Kalau Kamu pintar memilih area yang pas, biaya hidupnya bisa lebih rendah.
Nah, kota-kota yang ramah untuk para mahasiswa adalah Osaka, Fukuoka, Kyoto, Yokohama dan Sapporo. Kamu juga wajib menerapkan sejumlah strategi supaya biaya hidup Kamu bisa ditekan. Sebagai contoh tinggal di asrama universitas.
Walau begitu, meskipun asrama banyak diberikan oleh pemerintah atau universitas, banyak mahasiswa internasional memilih komodasi swasta. Ini dikarenakan jumlah asrama yang tersedia di kampus terbatas, terlebih lagi banyak yang menginginkan hal-hal yang lebih privasi dan bebas.
Hal terpenting saat memilih akomodasi yang tepat adalah dengan tinggal di area pinggiran kota karena biaya di sana relatif lebih terjangkau.
Untuk biaya sewa di apartemen, rata-sata biayanya per kamar adalah 50-70.000 yen atau sekitar 450-650 USD. Nah, untuk apartemen yang lebih luas dan lengkap fasilitasnya, harganya jauh lebih mahal. Kamu juga harus hitung biaya internet, listrik, gas, air karena biasanya tidak masuk dalam biaya sewa.
Selain apartemen, Kamu bisa juga memilih wisma tamu atau rumah gaijin. Rumah ini bisa Kamu tempati dalam waktu singkat. Atau kalau Kamu liburan, tempat ini bisa jadi pilihan.
Saat Kamu tinggal di Jepang, nantinya Kamu akan menemui banyak sekali tempat makan, terutama minimarket. Nah, biaya makan di minimarket rata-rata 300-600 yen dan serunya, tempat ini buka selama 24 jam.
Kamu bisa menemukan berbagai makanan pengganjal perut, misalnya roti, bekal bento, sandwich, minimarket, onoigiri, mi goreng, udon dan masih banyak lagi. Bahkan Kamu bisa menemukan aneka gorengan seperti oden, kroket serta karaage.
Di samping minimarket, makanan cepat saji bisa Kamu jadikan pilihan untuk destinasi makan murah. Kamu bisa menemukan Burger King, KFC, hingga McD di sana. Harganya sekali makan yaitu antara 100-700 yen.
Restoran keluarga di Jepang terbilang cukup terjangkau dengan biaya sekali makan antara 800-1300 yen. Umumnya mereka menyediakan berbagai masakan barat seperti burger, pizza, gratin dan pasta. Kamu bisa juga memesan salad dan sup di sana.
Bila Kamu ingin lebih murah lagi, Kamu bisa memasak sendiri. Ada banyak sekali tempat berbelanja sayur yang bisa Kamu pilih seperti OK Supermarket, Life, BigA, Maruetsu, Gyomu Super, Seiyu, dan toko kelontong lokal. Cek di lokasimu tinggal apakah toko-toko kebutuhan sehari-hari ini mudah dijangkau.
Baca juga: Mengupas Salah Satu Kampus Top di Jepang – Universitas Tokyo
Nah, itulah gambaran singkat tentang kuliah di Jepang dan biaya hidupnya. Yang pasti sebagai seorang mahasiswa internasional, Kamu pasti membutuhkan suntikan dana. Terlebih-lebih bila Kamu masih belum bisa punya penghasilan sendiri.
Nah, Kamu bisa menggunakan aplikasi Flip untuk transfer uang ke luar negeri termasuk ke negara Jepang. Disamping itu, aplikasi ini juga bisa digunakan untuk top up berbagai e-wallet seperti GoPay, OVO, ShopeePay, LinkAja, dan Dana.
Ayo download Flip sekarang juga dan nikmati berbagai kemudahan transfer yang diberikan. Kamu bisa transfer antar bank lokal lebih hemat biaya, isi e-wallet biaya hemat dan juga kirim uang ke luar negeri untuk kebutuhan kuliah Kamu!
Bagikan