Keuangan Bisnis | 25 Juni 2022
Oleh : Sarah Silvia
Teknologi canggih yang ada saat ini memberi kemudahan dalam melakukan transaksi. Anda punya kesempatan untuk bertransaksi dengan orang yang ada di kota ataupun negara lain. Selanjutnya, Anda tinggal memilih jenis pembayaran yang ingin dipakai. Anda ingin bayar tunai atau non-tunai? Banyak pilihannya.
Kenyamanan bertransaksi yang Anda rasakan saat ini tidak muncul secara tiba-tiba. Ada proses perkembangan yang berlangsung secara bertahap, mulai dari era kemerdekaan sampai zaman serba digital seperti sekarang. Biar Anda jadi lebih tahu, yuk ikuti sejarah perkembangan sistem pembayaran di Indonesia sebagai berikut.
Pada masa pendudukan Belanda, Jepang, serta awal-awal kemerdekaan, masyarakat Indonesia sudah mengenal 2 jenis sistem pembayaran, tunai dan non tunai. Pembayaran tunai dilakukan menggunakan uang kertas dan logam. Sementara itu, pelaksanaan pembayaran non tunai memakai sistem kliring. Ada beberapa tahapan pelaksanaan sistem kliring di Indonesia, yaitu:
Sistem kliring manual telah berlangsung sejak tahun 1908 secara terbatas di wilayah Jakarta. Nilai transaksi non tunai dalam sistem kliring manual saat itu masih bernilai kecil. Oleh karena itu, proses pertukaran warkat dapat dicatat dengan sistem manual.
Ada pula sistem kliring semiotomasi yang penyelenggaraannya melibatkan Kantor Bank Indonesia, beberapa bank peserta, serta warkat yang lebih banyak. Sistem ini dikenal dengan istilah Sistem Semi Otomasi Kliring Lokal atau SOKL. Sistem ini digunakan pada rentang antara tahun 1980 sampai 1990-an.
Setelah masa penggunaan SOKL, BI menggunakan skema otomasi kliring. Dalam pelaksanaannya, sistem otomasi kliring menggunakan bantuan mesin. Selain itu, sistem otomasi kliring melibatkan bank peserta serta jumlah warkat yang jauh lebih banyak.
BI kemudian menciptakan sistem kliring yang lebih efisien, dikenal dengan istilah Sistem Kliring Elektronik Jakarta (SKEJ). Proses pelaksanaannya jauh lebih efektif, karena perhitungan, rekapitulasi, serta penyusunan laporan kliring dapat dibuat melalui terminal elektronik yang ada di bank peserta. Dengan sistem yang jauh lebih praktis, sistem kliring elektronik mampu memproses warkat dengan jumlah lebih banyak. Selain itu, proses kliring bisa diselesaikan secara cepat, aman, dan akurat. Penerapan SKEJ berlangsung secara parsial di wilayah Jakarta pada rentang 1998 sampai 2000. Pada 2001, penggunaan SKEJ meluas tidak hanya di wilayah Jakarta.
Tahun 2005, sistem kliring elektronik berlaku secara nasional, dikenal sebagai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Dalam skema SKNBI, proses transfer dana berlangsung secara elektronik dan penyelesaiannya dilakukan pada tingkat nasional.
Bersamaan dengan sistem kliring, ada pula layanan pembayaran nontunai yang disebut real time gross settlement (RTGS). Layanan ini berguna untuk memproses transfer dana dengan nominal besar, melebihi Rp100 juta. Proses transfer dengan metode RTGS berlangsung antara 3-4 jam. BI mengembangkan sistem BI-RTGS pada tahun 2000 dan masih digunakan sampai sekarang.
Penggunaan ATM saat ini sudah sangat menjamur. Keberadaannya sangat membantu masyarakat dalam melakukan berbagai jenis pembayaran. Anda tidak perlu antre ketika sekadar ingin menarik atau transfer uang. Cukup menggunakan mesin ATM yang saat ini bisa ditemukan dengan mudah di berbagai titik keramaian. Di Indonesia, sejarah penggunaan ATM pertama kali dilakukan oleh Bank Dagang Bali (DBD) pada kisaran 1984/1985. Saat itu, DBD melakukan kerja sama dengan Chase Manhattan Bank. Dikutip dari Historia, penggunaan mesin ATM tersebut disertai dengan kartu khusus yang dikenal sebagai cash point card. Banyak orang yang meragukan pemakaian ATM saat melakukan penarikan atau pengiriman. Seiring waktu, masyarakat mulai mengenal mesin ini dengan baik. Bank-bank besar di Indonesia pun mulai menyediakannya, diawali oleh Citibank Indonesia dan Bank Niaga (1985). Setelah itu, ada BCA (1988) yang saat ini dikenal sebagai bank paling inovatif dalam pemanfaatan ATM.
Seiring perkembangan teknologi, muncul lembaga finansial baru yang menawarkan kecanggihan sistem pembayaran. Era fintech yang dimulai pada tahun 2017 membuat transaksi jual beli jadi lebih praktis. Masyarakat pun bisa memilih beragam metode pembayaran secara lebih fleksibel. Kecanggihan teknologi, membuat fintech mampu menyediakan layanan pembayaran nontunai dengan nyaman. Beberapa pilihan sistem pembayaran nontunai tersebut di antaranya adalah:
Pembayaran menggunakan kartu tidak hanya kartu debet dan kartu kredit. Ada pula pilihan sarana pembayaran berupa uang elektronik atau kerap disebut sebagai e-money. Contoh e-money di antaranya adalah Flazz BCA, Brizzi BRI, Mega Cash, Tap Cash BNI, dan semacamnya.
Selain e-money, ada pula sistem pembayaran menggunakan dompet digital atau e-wallet. Dalam pemakaiannya, dompet digital Anda gunakan melalui aplikasi di smartphone dan koneksi internet. Contohnya adalah Gopay, Shopeepay, OVO, DANA, dan lain sebagainya.
Sistem pembayaran di Indonesia akan terus berkembang seiring perkembangan teknologi. BI pun telah menyusun blueprint sistem pembayaran di Indonesia tahun 2025. Terdapat 5 inisiatif utama yang terangkum dalam blueprint tersebut, yaitu:
Open banking merupakan sistem perbankan yang dijalankan dengan memanfaatkan application program interface (API) yang terbuka dan bisa dimanfaatkan secara luas.
BI berupaya mendorong adanya modernisasi infrastruktur berkaitan dengan sistem pembayaran ritel. Harapannya, konfigurasi sistem pembayaran ritel bekerja secara lebih optimal selama 24 jam seminggu.
Upaya dalam peningkatan kualitas infrastruktur pasar keuangan di Indonesia sangat terbuka. Banyak aspek yang perlu diperbaiki, termasuk di antaranya adalah mitigasi risiko operasional serta risiko siber.
BI menempatkan pengelolaan data sebagai aspek penting dalam blueprint sistem pembayaran Indonesia. Harapannya, infrastruktur yang ada dapat menjamin keterbukaan akses serta perlindungan terhadap data konsumen.
Aspek terakhir berkaitan dengan penataan ulang kerangka sistem pembayaran sehingga menjadi lebih terstruktur, proporsional, agile, serta forward looking. Dengan begitu, keberadaannya dapat mengakomodasi kebutuhan para pelaku industri di masa depan.
Berkaitan dengan penggunaan sistem pembayaran, Anda perlu mengedepankan layanan yang hemat, efisien, dan efektif. Apalagi, kalau pemanfaatannya ditujukan untuk aktivitas bisnis. Solusi terbaik bisa Anda dapatkan dari Flip for Business. Ada banyak keuntungan yang bisa Anda dapatkan dari Flip for Business. Selain menawarkan biaya transfer yang sangat hemat, Flip for Business menawarkan kecepatan proses pengiriman pembayaran. Alhasil, bisnis Anda bisa berjalan lancar.
Bagikan